Senin, 07 Maret 2011

ANDA SPESIAL IDENTITAS

Suatu hari seorang penceramah terkenal membuka seminarnya dengan cara unik. Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000,-, ia bertanya kepada hadiri, "Siapa yang mau uang ini?" Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak minat.
"Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini."
Ia berdiri mendekati hadirin. Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat. Lalu bertanya lagi, "Siapa yang masih mau uang ini?" Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.
"Baiklah," jawabnya, "apa jadinya bila saya melakukan ini?" ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.
"Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?" Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.
"Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apa pun yang terjadi dengan uang ini, Anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Rp. 100.000,-."
        Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti.
Padahal apa pun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata Tuhan. Jangan pernah lupa - Anda spesial "
Oleh: Team Multi Media GPdI Elshaddai. Read More...

TANGAN

Suatu ketika, semua anggota tubuh dapat berbicara. Maka, tersebutlah sepotong tangan kanan yang sangat sombong. Ia merasa, bahwa hanya dialah yang paling berguna, yang paling sering dipakai. Ia merasa, tangan kananlah yang paling berhak untuk menyandang semua kebaikan dan pujian.
     Tangan kanan ini seringkali mencemooh tangan kiri. Ia membanggakan diri dan menyebut si tangan kiri sebagai tangan yang tak berguna. Tangan kanan sesumbar, "Lihatlah aku. Akulah yang paling baik, dan aku hanya dipergunakan untuk hal-hal baik." Ia meneruskan kesombongannya, "Akulah yang melakukan semua hal berguna, makan, minum, menulis, dan menderma... ha...ha...ha..."
"Tapi lihat dirimu, hei tangan kiri," ujarnya sambil mencibir, "Kamu hanya dipakai untuk hal-hal kotor. "Tak ada kebaikan yang pernah kamu lakukan, kamu tangan yang tak berguna!" Tangan kiri hanya termenung sedih. Ia berharap, bisa melakukan kebaikan untuk tuannya.
      Tangan kanan terus sesumbar dengan kelebihannya, namun, hal itu membuat tubuh sang tuan kehilangan keseimbangan. Tanpa disengaja, ada buku tebal yang terjatuh akibat tangan kanan yang sibuk menggapai-gapai dan mengenai lemari. Buku itu terlempar dan mengenai kepala dan tangan kanannya. "Aduh...aduhhh... keduanya kesakitan." Sang tuan pun pingsan.
Tangan kiri, yang semula sedih, cepat tanggap. Ia lalu menggapai-gapai, meminta pertolongan. Lambaian tangan itu, menarik perhatian orang, dan membuat sang tuan cepat tertolong. Tangan kiri pun kini bahagia, sebab, ia tak hanya menolong si tangan kanan, tapi, ia juga menyelamatkan tuan dan seluruh anggota tubuh lainnya.
Teman, begitulah. Kadang, kita tak bisa meraup segalanya dalam satu tangan. Sering, kita tak mampu menangani semua hal hanya dengan satu genggaman. Maka, itulah mengapa Allah menciptakan kita dengan dua tangan.
     Kedua tangan itulah yang akan membuat manusia menjadi sempurna. Kedua tanganlah yang menjadikan manusia tampil sebagai sosok yang lengkap. Kedua tangan itulah yang memberikan hikmah bagi kita tentang kerjasama dan kerukunan. 
Oleh: Team Multi Media GPdI Elshaddai. Read More...

UANG KELIP UNTUK TUHAN

Pada suatu waktu ketika orang masih bisa membeli es krim dengan sekelip (lima sen), ada seorang anak yang tinggal di suatu kota kecil dengan ibunya. Setiap Minggu ibunya mengajak anak itu ke gereja dan selesai kebaktian mereka pergi ke kota untuk membeli es krim. Pada suatu hari Minggu ibu itu merasa kurang sehat, dan ia berkata pada anaknya agar pergi ke gereja sendiri. Ia memberi dua kelip pada anaknya – satu untuk persembahan dan satu lagi untuk es krim.
      Dalam perjalanannya ke gereja anak itu harus melalui sebuah jembatan tua. Ketika berada di atas jembatan anak itu berloncat-loncat dan ia senang ketika jembatan itu bergoyang-goyang. Namun telinganya yang tajam mendengar suara uang jatuh, ternyata salah satu uang kelipnya jatuh dan bergulir ke antara lubang retakan di jembatan. Ia mencoba menangkap uang itu tetapi uang itu menggelinding masuk di sela retakan dan jatuh ke sungai. Dengan tak berdaya anak itu melihat uang itu ditelan arus sungai. Anak itu berdiri lagi dan membersihkan lututnya, dan berkata, “Ah tak apa, itu uang kelip yang untuk Tuhan.”
       Sering bila kita sedang kekurangan uang, maka Tuhanlah yang tidak memperoleh bagian. Bila kita kekurangan waktu, Tuhanlah yang harus menunggu. Bila kita kehabisan energi, Tuhanlah yang kita minta menggantinya.
Tuhan membalik urutan prioritas itu ketika Ia berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Bila Anda memberikan yang paling utama dan yang terbaik dari yang Anda miliki, maka Tuhan akan memberkati Anda dengan memberikan semua yang Anda perlukan dan lebih!
Oleh: Team Multi Media GPdI Elshaddai. Read More...